KOMUNIKASI MASSA
Elemen komunikasi masa dan Proses komunikasi massa
A. Elemen komuniksi massa
Elemen komunikasi pada komunikasi secara
umum juga berlaku bagi komunikasi massa. Perbedaannya komunikasi massa dengan komunikasi
pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai pada
penerima. Dalam komunikasi massa pengirim sering disebut sebagi sumber atau
komunikator, sedangkan penerima pesan yang berjumlah banyak disebut audience, komunikan, pendengar, pemirsa, penonton, atau pembaca. Sementara itu, saluran dalam komunikasi massa yang
dimaksud antara lain
televisi, radio, surat kabar, buku, film, kaset/cd dan internet yang juga sering disebut media massa. Ada beberapa elemen
dalam komuniaksi massa antara lain:
1.
Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa
sangat berbeda dengan komunikator komunikasi yang lain, komunikator disini meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur dan staf teknis
yang merupakan bagian dari lembaga media massa. Bersifat mencari keuntungan
tidak hanya menyampaikan informasi, karena keuntungan tersebut merupakan sumber
kehidupan dan kelangsungan hidup media itu sendiri. Komuniator dalam komunikasi
massa adalah :
a.
Pihak yang mengandalkan media massa dengan
teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi maka
informasi ini dengan cepat ditangkap oleh public.
b.
Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba
berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan solusi-solusi dengan jutaan massa
yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.
c.
Komunikator juga berperan sebagai sumber
pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dan
penyebaran informasi.[1]
Ada beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Menurut Heibert, Ungurait dan Bohn setidaknya ada lima karateristik
media massa antara lain[2]
:
a.
Daya
saing : Setiap media massa harus memiliki daya saing untuk berkompetisi
di industry media massa yang semakin hari semakin ketat persaingannya. Daya
saing tersebut ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator dan
berorientasi agar media massa itu tidak bangkrut.
b.
Ukuran
dan kompleksitas : Merupakan sifat khusus yang melekat pada komunikator
dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erar dengan jumlah orang yang
dipekerjakan dalam media massa, semakin besar media massa maka semakin banyak
juga orang yang terlibat. Kompleksitas berkaitan dengan struktur media massa
yang makin rumit jika jumlah tenaga kerjanya yang makin banyak.
c.
Industrialisasi
: Dampak dari banyaknya orang yang dipekerjakan adalah dibutuhkannya manajemen
yang prosesional dengan struktur yang kompleks, karenanya media perlu dikelola
seperti halnya industry.
d.
Spesialisasi
: Adanya pembagaian tugas dan wewenang internal dalam komunikasi massa yang
menuntut para pekerjanya memiliki keahlian dalam bidang khusus yang menyangkut
media massa.
e.
Perwakilan
: Media massa yang makin berkembang membutuhkan perwakilan lain yang bisa
menopang kehidupan media itu. Dibentuknya biro-biro atau koresponden diluar
kota menjadi salah satu bukti munculnya perwakilan ini.
2.
Isi
Masing-masing media massa mempunyai kebijakan
sendiri dalam melakukan pengelolaan isi. si atau content suatu media massa tidak pernah sama antara yang satu dengan
yang lainnya,
sebab dalam melayani masyarakat yang beragam juga
menyangkut individu atau kelompok sosial. Menurut Ray Eldon Hiebert (1995) media harus memuat setidaknya-tidaknya beberapa hal antar lain[3]:
a.
Berita informasi
: merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa, setiap hari media
massa melaporkan kejadian di seluruh dunia kepada khalayaknya, hal ini
merupakan bentuk tanggung jawab media massa sebagai saluran komunikasi.
b. Analisis
dan integrasi :
Selain melaporkan berita, media massa juga menganalisis berita tersebut.
Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan,
media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami. Usaha untuk
menginterpretasikan fakta-fakta dilapangan ini tidak berarti bahwa sajian
berita yang disampaikan semuanya harus baik. Akan tetapi media massa dituntut
untuk melakukan pelaporan secara detail, tidak ceroboh dan tidak berat sebelah.
a. Pendidikan
dan sosialisasi
: Ketika media massa menyampaikan informasi dan analisisnya memberikan ilmu
pengetahuan, secara tidak langsung media massa memfungsikan dirinya sebagai
pendidik. Dengan kata lain, apa yang disajikan mengandung unsure pendidikan.
Fungsi pendidikan ini secara tidak langsung ada kaitannya dengan sosialisasi
suatu ilmu pengetahuan dari generasi satu ke generasi selanjutnya.
b. Hubungan
masyarakat : Isi
media menghubungkan antarpihak, seperti rubric opini, surat pembaca dsb yang
dapat menghubungkan antarpihak.
c. Iklan dan
bentuk penjualan lain
: Iklan tidak dapat dipisahkan dari media massa, iklan berfungsi sebagai
persuasi. Lewat iklanlah hidup mati media massa ditentukan walaupun beberapa
media dapat hidup tanpa iklan namun hal ini jarang sekali. Karena iklan
merupakan sumber pendapatan media tersebut.
d. Hiburan : Selain berita media massa
juga harus menampilkan sisi yang dapat menghibur masyarakat.
3.
Audience
Audience atau khalayak adalah massa
yang menerima informasi massa yang disebarkan melalui media massa, audience atau komunikan dalam komunikasi massa
sangat beragam mulai dari jutaan penonton televisi, ribuan
pembaca buku, majalah,
surat kabar atau jurnal ilmiah. Menurut Heibert dan kawan-kawan audience dalam
komunikasi massa memiliki karakteristik yakni[4]:
a. audience cenderung berisi
individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh
hubungan sosial diantara mereka. Individu tersebut memilih produk media yang
mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran
b. audience
cenderung besar,
besar berarti tersebar diseluruh wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.
Meskipun begitu ukuran luas ini sifatnya relative, tak ada ukuran pasti tentang
luasnya audience itu.
c. audience bersifat
heterogen
berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media mempunyai
sasaran tetapi heterogenitasnya tetap ada.
d. audience
cenderung anonim
yakni tidak mengenal satu sama lain.
e. audience secara
fisik dipisahkan dari komunikator
4. Umpan Balik
Umpan balik yang terjadi di media komunikasi massa adalah umpan balik tidak langsung, jadi komunikan
memberikan reaksi kepada komunikator dalam jangka waktu tertentu dan tidak
langsung seperti dalam
komunikasi tatap muka. Jadi umpan balik tidak langsung bisa dikatakan
sebagai ciri utama komunikasi massa. Akibat perkembangan teknologi
komunikasi yang terkomputerisasi beberapa decade belakangan ini, memunculkan
perkembangan baru umpan balik dalam saluran komunikasi massa. Salah satu daya
tarik televise atau media cetak dapat dilihat dari pemasangan iklan, semakin
popular suatu acara maka semakin banyak iklan yang masuk. Dengan demikian iklan
merupakan salah satu umpan balik dari program suatu acara. Untuk memutuskan
melakukan pemasangan iklan biasanya pemsang iklan melihat rating popularitas acara tersebut, dengan demikian rating juga merupakan salah satu bentuk feedback.
5.
Gangguan
Gangguan dalam komunikasi massa
bisanya selalu ada, semakin kompleks teknologi yang digunakan masyarakat
semakin besar pula peluang munculnya gangguan serta semakin banyak variasi
program acara yang disajikan maka semakin meningkat munculnya gangguan.[5] Gangguan dalam komunikasi massa terbagi menjadi dua macam yakni gangguan
saluran dan gangguan semantik.
Gangguan saluran ini dibagi menjadi dua yakni ganguan
dalam dan gangguan luar. Gangguan
dalam contohnya kesalahan cetak,
kata yang hilang atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar atau bisa
juga gambar tidak jelas dalam saluran televisi. Sedangkan gangguan luar contohnya telepon yang berdering dan gangguan
suara ribut.
Adapun gangguan semantik adalah gangguan yang berhubungan
dengan bahasa
atau dapat dikatakan gangguan semantik adalah gangguan
dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu
sendiri.
Biasanya gangguan ini sangat terasa sekali dalam media
elektronik.
6. Gatekeeper
Gatekeeper adalah penyeleksi informasi,
sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang
dalam organisasi media massa. Mereka inilah yang menyeleksi informasi yang akan
disiarkan atau tidak disiarkan.[6]
Istilah gatekeeper pertama kali diperkenalkan
oleh Kurt Lewin tahun 1947. Menurut John R.Bittner, gatekeeper diartikan sebagai individu-individu atau kelompok orang yang memantau
arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi. Semua saluran
media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan
peranan dalam beberapa fungsi, mereka bisa menghapus pesan atau bahkan
memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan. Mereka pun bisa
menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang
lain[7].
Bagaimana membedakan seseorang dalam media massa yang bertindak sebagai komunikator
dan gatekeeper? Ray Eldon Hibert mencoba meberikan jawaban :
Seseorang yang menciptakan atau membuat disebut sebagai komunikator sedangkan
jika seseorang yang mengevaluasi ciptaan orang lain adalah gatekeeper. Gatekeeper
memiliki efek potensial didalam proses komunikasi massa, khususnya jika media
yang seharusnya milik masyarakat itu dikontrol oleh “elite minoritas” dengan
melarang hak public untuk mengetahui. Misalnya “elite minoritas” adalah pemilik
modal, pemilik modal ada kalanya mempengaruhi kerja gatekeeper. Pemilik
modal berharap apa yang disiarkan sesuai dengan kebijakannya.Penapisan
informasi yang dilakukan oleh gatekeeper memunculkan
efek, salah satunya adalah distorsi informasi. Distorsi informasi terdiri dari
dua, yakni systematic distortion dan random distortion.Systematic distortion biasanya
terjadi melalui pembiasaan informasi yang disengaja seperti pemutar balikan
fakta agar audience mengikuti konstruksi informasi yang diciptakan media massa.
Sementara random distortion terjadi
melalui kecerobohan atau ketidaktahuan yang sangat berkaitan dengan human error. Kecerobohan mungkin terjadi
karena kekurangan informasi, tergesa-gesa untuk target sasaran terbit.
Sementara ketidaktahuan bisa dikatakan distorsi karena komunikator sengaja
memberitakan atau menyiarkan informasi yang dia sendiri tidak mengetahui pasti
permasalahan tersebut. Untuk
menggambarkan proses gatekeeping, Devito mencoba membuat gambar sebagai berikut
: Gambar 4.1
Proses gatekeeping
Dari gambar di atas pesan-pesan (M1, M2,
M3) diterima oleh penapis informasi dari berbagai sumber yang berbeda (S1, S2,
S3). Dari gambar itu dapat dilihat bahwa fungsi penapis informasi adalah
menyeleksi peasan-pesan yang akan dikomunikasikan. Penapis informasi kemudian
dengan selektif menyampaikan jumlah pesan (MA, MB, MC) kepenerima yang
berbeda-beda (R1,R2,R3).[8]
7.
Pengatur
Ada
pola hubungan yang saling terkait antara media massa dengan pihak lain, pihak
lain yang dimaksud adalah pemerintah dan masyarakat. Hubungan ini biasanya
selalu berjalan tidak harmonis karena masing-masing pihak memiliki perbedaan
tuntutan dan saling menguasai satu sama lain. Hal itu pulalah mengapa hubungan
ketiganya bisa disebut sebagai hubungan trikotomi, yakni hubungan yang tidak
serasi anatara ketiganya[9].
Kekuatan media massa yang begitu besar dalam mempengaruhi khalayak membuat
tidak sedikit pihak dari luar media memanfaatkan hal tersebut untuk
kepentingannya sendiri. Pihak luar tersebut disebut pengatur dalam media massa,
mereka tidak berasal dari dalam media massa namun secara tidak langsung ikut mempengaruhi
proses aliran pesan media massa dan bisa ikut menentukan kebijakan redaksional.
Pengatur tersebut antara lain : pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi
professional, dan kelompok-kelompok penekan, termasuk narasumber dan pengiklan
yang kesemuanya berfungsi sebagai pengatur. Aturan dapat berupa pelarangan,
hukum, tekanan informal yang bisa mengontrol isi media atau struktur yang ada
dalam media tersebut. Meskipun tidak ada campur tangan secara langsung dalam
media, namun eksistensti pengatur ini memberikan pengaruh kuat dalam media.
Seringkali media massa merasa takut untuk menyiarkan sesuatu dan cenderung
menghindari untuk menyiarkan hal-hal yang dapat menimbulkan kemarahan dari
pengatur itu.
8.
Filter
Filter
adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan, filter ibarat
sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti
dunia rill yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut.
Ada beberapa filter antara lain : fisik, psikologis, budaya dan yang berkaitan
dengan informasi. Kondisi psikologis seseorang akan ikut mempengaruhi kuantitas
dan kualitas pesan yang diterimanya. Adakalanya kondisi ruangan juga
mempengaruhi seperti ruangan yang panas dan sempit menggangu penerimaan pesan,
termasuk kondisi sekeliling seperti : bangku, penerangan hingga kondisi
kesehatan, filter tersebut dinamakan dilter fisik. Warisan budaya yang
ditanamkan pada anak-anak berbeda satu dengan yang lain, warisan budaya juga
meliputi pendidikan. Pendidikan yang diperoleh atau yang ditanamkan orang tua
akan ikut membentuk proses penerimaan pesan. Dengan kata lain, bagaimana mereka
menyaring informasi yang diterima sangat tergantung dari filter yang dimiliki
masing-masing pihak[10].
9.
Media
Media
adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi
secara missal dan dapat diakses oleh masyarakat missal pula.[11] Dalam
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungakan antara sumber dan
penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca dan
mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu
media cetak (misalnya surat kabar dan majalah) dan media elektronik (misalnya
radio dan televisi). Dengan demikian media massa merupakan media komunikasi dan
informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan diakses secara
masal pula.
10.
Efek
Dennis McQuail (2002: 425-426) menjelaskan bahwa
efek media massa memiliki tipologi yang mana terdiri dari empat bagian yang
besar. Pertama, efek media merupakan efek yang direncanakan sebagai sebiah efek
yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri ataupun orang yang
menggunakan media massa untuk kepentingan berbagai penyebaran informasi. Kedua,
efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak diperkirakan, sebagai efek
yang benar-benar diluar control media, diluar kemampuan media ataupun orang
lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk
mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek media massa terjadi dalam
waktu pendek namun secara cepat, instan dan keras mempengaruhi seseorang atau
masyarakt. Keempat, efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama sehingga
mempengaruhi sikap-sikap adopsi, inovasi, control sosial sampai dengan perubahan
kelembagaan dan persoalan perubahan-perubahan budaya.[12]
Menurut Steven M Chaffee, efek media massa dapat
dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa
yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri seperti efek kehadiran
media massa, Mc Luhan mengemukakan media is the message, media adalah pesan itu
sendiri. Oleh karena itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak.
Menurut Steven M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai
benda fisik, yaitu :
a.
Efek Ekonomi, kehadiran media massa memberikan
berbagai usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa.
b.
Efek Sosial, berkatian dengan perubahan pada
struktur atau interaksi social sebagai akibar dari kehadiran media massa
c.
Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari, Kehadiran
media massa membuat aktivitas sehari-hari berpangaruh terhadap adanya media. Di
pagi hari, biasanya masyarakat kota membaca Koran dahulu, Di malam hari, dimana
anak-anak seharusnya tidur, tapi malah menonton tv
d.
Efek
Hilangnya Perasaaan Tidak Nyaman, orang menggunakan media untuk memuaskan
kebutuhan psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman, perasaan kesepian, marah, kesel, kecewa dan sebagainya.
e.
Efek menumbuhkan Perasaan Tertentu, terkadang
seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negative terhadap media
tertentu. Misalnya orang akan mempunyai perasaan positif terhadap Koran Kompas
dari pada Koran Pos Kota. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu
media massa tertentu erat kaitannya dengna pengalaman individu bersama media
massa tersebut.
Pendekatan
kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak
komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau atau
dengan istilah lain dikenal sebagai observasi terhadap khalayak (individu,
kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi
massa. Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan
konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan
pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude
(sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk
melakukan sesuatu menurut cara tertentu[13]:
a.
Efek Kognitif : efek kognitif adalah akibat yang
timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek
kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang
atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung[14]
b.
Efek Afektif : Efek ini kadarnya lebih tinggi
daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar
memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih
dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan
dapat merasakannya.[15]
c.
Efek Konatif : Efek konatif atau behavioral
merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan
atau kegiatan.
11. Opinion
Leader
Pada komunikasi massa,
opinion leader secara langsung akan diduduki oleh pelaku komunikasi
oganisasi, demikian juga komunikasi organisasi memiliki opinion leader dari
level- level dibawahnya. Hal yang mendasar yaitu bahwa opinion leader memiliki
posisi yang cukup kuat untuk mempengaruhi khalayak. Kekuatan itu dapat berasal
dari factor budaya, agama atau pengalaman. Kehadiran sosok opinion leader menunjukkan adanya
keterlibatan yang kuat dari komunikasi interpersonal dalam proses komnuasi
massa secara keseluruhan. Opinion leader
itu sendiri merupakan individu dalam masyarakat yang menerima informasi dari
media dan meneruskannya dalam kelompok asalnya. Melalui media massa yang saat
ini sudah semakin banyak berkembang dengan segementasi- segmentasi yang semakin
sempit, masyarakat mulai dihadapkan pada kondisi untuk memilih. Dengan demikian
arus efek media bisa langsung sampai pada audiens. Namun sekalipun demikian,
adakalanya khalayak sangat tergantung pada informasi yang disampaikan oleh
pihak tertentu yang dianggap berwenang. Seperti pada model aliran dua tahap,
dalam model ini pesan-pesan dari media massa tidak seluruhnya langsung mengenai
audience, tetapi pesan tersebut disampaikan oleh pihak tertentu artinya pihak
tertentu tersebut dikenal dengan opinion leader (pemimpin opini/pemuka
pendapat). Ada dua tahap penyampaian pesan dalam aliran ini. Pertama pesan
media pada opinion leader dan kedua
pesan opinion leader pada audience..
0 Komentar untuk "elemen komunikasi massa"